Langsung ke konten utama

Relativity Luxury


1        Berikanlah contoh barang dan/jasa yang sesuai dengan konsepsi kemewahan dari persepective normal condition in situation relativity beserta argumen mu
Contohnya adalah nasi putih menjadi suatu kemewahan untuk pengidap diabetes dibandingkan dengan orang normal. Nasi putih merupakan menu utama bagi sebagain besar rakyat Indonesia. Bahkan slogan “belum kenyang kalau melum makan nasi” sudah melekat di kehidupan sehari-hari. Hal ini bersinggungan bagi orang yang mengidap diabetes yang harus mengkonsumsi makanan yang memiliki indeks glikemik rendah sedangkan nasi memiliki indeks glikemik tinggi sekitar 56-78. Indeks glikemik adalah standar pengukuran seberapa cepat karbohidrat dalam makanan diubah menjadi gula (glukosa) untuk dipakai sebagai energi. Hal ini mengharuskan pengidap diabetes mengurangi atau bahkan tidak boleh memakan nasi putih sehingga kadar gula dalam darah tidak mengalami peningkatan. Berbeda dengan kondisi orang normal yang boleh mengkonsumsi nasi putih kapan saja untuk memenuhi kebutuhan asupan makanannya.

2        Berikanlah contoh barang dan/jasa yang sesuai dengan konsepsi kemewahan dari persepective present time in temporal relativity beserta argumen mu
Persepective present time in temporal relativity mengacu pada perubahan persepsi kemewahan barang/jasa dari waktu ke waktu. Selain itu, penyebab utama perubahan adalah kemajuan teknologi dan tren masyarakat. Salah satu contoh barang yang sesuai dengan konsep ini adalah lobster. Di Amerika Serikat pada abad ke 19 memiliki jumlah lobster yang melimpah dan mudah dijumpai di berbagai pantai. Namun, karena kelimpahan tersebut menyebabkan sering terjadi gejala keracunan lobster dan orang menganggao lobster bukanlah makanan yang berharga. Lobster menjadi makanan umum para budak dan narapidana. Pada tahun 1940-an, lobster banyak dikemas dalam kaleng sebagai makanan kucing, dijadikan umpan untuk memancing dan disebar di lahan sebagai pupuk. Pada abad ke-18, perusahaan jawatan kereta api mulai menghidangkan ke publik meski tidak secara utuh, sehingga orang tidak mengetahui makanan tersebut adalah lobster. Ketika lobster semakin populer pada abad ke-19 karena cita rasanya yang lezat, para peamusaji akhirnya berani menampilkan lobster yang diolah secara utuh. Pada tahun 1920, lobster menjadi sajian para bangsawan, hidangan kelas atas bagi aristokrat. Popularitas lobster sempat menurun karena gejolak ekonomi yang mengakibatkan depresi besar, membuat masyarakat kesulitan ekonomi. Hal itu menyebabkan masyarakat mencari bahan makanan yang mudah di dapat dan diolahnya sendiri, yakni lobster. Pada tahun 1950, masa kejayaan lobster pun kembali mencuat di kalangan para penggemar makanan. Lobster kembali menjadi  hidangan mewah dengan harga mahal hingga saat ini. Harga lobster air laut per kg sekarang bisa mencapai Rp. 900.000 s/d Rp. 1.000.000

3        Berikanlah contoh barang dan/jasa yang sesuai dengan konsepsi kemewahan dari persepective cultural relativity dari upper class perspective beserta argumen mu
Contoh barang yang sesuai dengan konsep ini adalah gading sebagai belis (mahar kawin suku Lamaholot). Suku lamaholot merupakan komunitas masyarakat yang mendiami Flores Timur daratan, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Lembata dan Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Etnis ini sangat menjunjung tinggi kearifan lokal dengan melakukan prosesi atau ritual adat yang dilakukan hingga kini, termasuk persoalan pernikahan. Suku lamaholot dalam pernikahan memberlakukan adanya pemberian belis atau mahar berupa gading dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Belis menjadi simbol strata sosial, semakin tinggi derajat keluarga pihak perempuan semakin mahal pula belis yang diminta. Besar kecilnya belis mejadi ajang pamer kekayaan dimana jika mendapat atau memberi belis yang tinggi akan merasa nama dan harga dirinya terangkat. Jika saat pernikahan belis belum terpenuhi, pernikahan dapat dilangsungkan tetapi terdapat utang piutang belis antara pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Utang piutang belis bisa berlangsung turun temurun, jika ayah belum melunasi belis, utang akan dibebankan kepada anak, cucu, cicit dan seterusnya. Sedangkan pada suku/etnis Jawa penentuan mahar lebih gampang dengan uang tunai atau seperangkat alat sholat (dilihat dari sisi agama islam) tanpa adanya mahar berupa gading. Dari contoh di atas, kemewahan dari perspective cultural relativity dari Upper Class mengacu pada sesuatu yang melebihi kebutuhan dan hal biasa. Cultural relativity merujuk pada keinginan akan barang dan/ jasa bagi orang-orang tergantung budayanya. Barang dan/ jasa dianggap mewah untuk suatu budaya, namun tidak bagai budaya lain yang dianggap biasa, tidak diperlukan atau bahkan tidak dinginkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanah Rantau

Bulan April datang Siapa paham itu hari malang Api menjalar waktu siang Semua lenyap tinggal ampas arang Perlahan-lahan makin jelas Tanah rantau memang keras Hidup di bangunan orang Bisa dirampas kala petang Gelap jadi makin pekat Tidak ada tawa di waktu padam Tidak ada cerita di waktu sunyi Hanya tangis, semua hilang Dinding kokoh jadi rapuh Di bawah kelabu makin jadi abu Runtuh ditinggal pergi jauh Tinggal puing ingatan semu Tempat dimana pernah ada kita anak-anak kecil yang bermain bersama Saya kembali Tapi hanya seorang diri
Yang Ku Sebut Rumah Yang ku sebut rumah, ternyata tidak disini Terlalu membutakan hingga lupa ini hanyalah tempat persinggahan Katanya seperti suatu siang yang terik dengan kehausan di tengah padang pasir Cukup seteguk air lalu pergi, tidak demikian Serakah itu sifat manusia, perihal tak terbantahkan Cukup bukan tanda kepuasan, itu menyiratkan kekurangan dengan artian lebih Sebuah tempat sementara pun dengan kemauan di jadikan selamanya Serakah. Serakah. Itu juga diriku hendak memeluk gunung dengan lengan pendek. Lupa dimana yang ku sebut rumah Disini atau disana. Jawabnnya jelas namun diakhiri tanda tanya Sebab rasa ini lebih rapuh untuk yang tak nampak dan tanya itu mengungkapkan sebuah keyakinan Buta. Tak ingin melihat. Sudah terlanjur salah untuk yakini kebenaran Rumah bukan disini. Ini hanya tempat yang ambigu. Ingin pulang namun takut meninggalkan kemewahan terlalu dini Takut pulang dengan penyiksaan menanti di batas penghujung hari Leb...

Anak- Anak Negeri, Dari Timur Kami Berbicara

Mereka butuh tuntunan bukan tuntutan Bukan pula pukulan hanya pengertian Sebab kita punya hati bukan untuk menyakiti Mereka adalah anak-anak saya, di sana saya dipanggil ibu guru. Walaupun di awal jumpa kami saya telah memperkenalkan diri sebagai seorang kakak. Mungkin kebiasan di sekolah telah menobatkan saya sebagai seorang ibu guru. Dan itu cukup membanggakan untuk saya pribadi. Seiring berjalanya waktu, rasa itu tumbuh. Rasa untuk disayangi dan menyayangi. Mereka anak yang baik namun tidak benar-benar baik menyuarakan suara hati. Saat mereka bermain dan lupa akan waktu, sebuah teriakan peringatan atau sesekali sebuah pensil melayang di kepala. Mungkin mereka akan belajar, meraka salah sebab terlalu beribut dan nakal. Tapi ingat mereka juga akan belajar saat orang nakal mereka akan berteriak atau memukul untuk memberi pelajaran. Yah kita pernah di posisi itu, hanya mengikuti apa yang diperintahkan dan meniru apa yang dilakukan orang dewasa. Mereka masih kecil un...