Langsung ke konten utama

17+08+45



17+08+45


Hay to hello..


Demi oksigen di atmosfer, saat ini gue masih hidup.. dan menikmati perayaan 17 agustus 2015, Dirgahayu Indonesia tercinta. Tidak terasa indonesia sudah merdeka 17+08+45 =70 tahun. Tidak lupa, gue sebagai anak bangsa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk pahlawan-pahlawan yang gagah berani membela indonesia. Sehingga saat ini, bangsa indonesia  sudah bebas dari penjajahan. Serta harapan kedepannya, bangsa indonesia menjadi bangsa yang lebih baik, menumpas para koruptor yang rakus akan uang, pembangunan di daerah terpencil semakin cepat, serta indonesia menjadi negara yang maju dan bebas dari kemiskinan.

Sekedar saran dari anak bangsa yang unyu-unyu badai ini. Berilah koruptor-koruptor nasi beserta lauk-pauk sehingga mereka tidak memakan uang rakyat. Pembagunan di daerah terpencil semakin cepat sehingga Big Bang bisa konser di Atambua.*tampar beta biar sadar

Kalau menyakut kemiskinan, doakan saya sebagai presiden periode 2020-akhir hayat. Saya akan membuat indonesia bebas dari kemiskinan. Miskin asmara, miskin tampang itu tidak akan terjadi lagi jika saya jadi presiden.. HAHAHAHA..HOHOHOHOO, HIHIHIHIHIHIHIII..*modus

Back to the Topik..

Menjelang tanggal 17 agustus itu, selalu ada yang namanya perayaan contonya gerak jalan dan karnaval. Gerak jalan SD dimulai tanggal 10 agustus. Adik gue si didin aka aldi alias tuyul ikut gerak jalan SD, maklum dia ulang kelas jadi masih SD. Gue sebagai kakak wajib hukumnya harus nonton. Untuk menjaga si didin, sebenarnya gue ogah mau jagain dia, gue pengennya nonton doang. Tapi, berhubung bapak-mama gue lagi sibuk semua.

Gue nonton plus jaga si didin jadi gue ngikutin didin dari belakang. Didin yang lomba gue yang takut banget. Gue teriak-teriak ketakutan “didin, awas matahari, lu sudah hitam nanti tambah hitam dan tidak kelihatan kalau malam”. “didin, jalannya cepat nanti ketinggalan”. “didin, jangan jalan pakai kaki nanti tambrak orang”. “didin botak, jalan pakai mata”. “didin, belok kiri”. “didin, belok kanan”.”didin, gue udah lebih putih dari lu” “didin, kapan sampai finis”.
Sesampai di rumah, tebak aja siapa yang lebih capek. Yah.. didin lah diakan yang ikut gerak jalan. Gue ikutin dia dari belakang pakai motor dan teriakan gue semuanya Cuma di dalam hati. Jadi jangan berprasangka buruk.

Setelah itu, yang ditunggu-tunggu pun datang k-a-r-n-a-v-a-l.

Ini acara 17 agustus yang paling gue suka. Alasannya pertama, banyak makanan. Kedua, ada banyak makanan. Ketiga, pasti banyak makanan. Keempat, banyak cowo ganteng. Alasan keempat itu berlaku jika cowo ganteng dalam rupa kue kering atau kue cake yahh. Cowo ganteng tapi gak bisa di nikmatin atau dimakan sama aja kayak bolpoin baru yang dirampas sahabat-sahabat terkutuk. #GakGuna
Karnaval itu, Hiburan keliling oleh serombongan orang yang mengkombinasikan kegiatan sirkus dan lawakan. Di kota gue, karnaval itu banyak orang berpakaian adat dan pakaian profesi.

Sekedar info, karnaval berasal dari kata-kata Latin carnem levare yang berarti “menyisihkan dari makan daging”. Kata itu juga mirip dengan ungkapan perasaan Latin yaitu came vale artinya “selamat jalan”.

Di karnaval, gue punya pengalaman seru. Dimana gue menjadi seorang pemenang dengan urat malu yang udah putus. Gini ceritanya, ke kafe makanya soto babat, ke karnaval barengnya sama sahabat. Gak seru dong kalau hangout tanpa setan jahat plus ngagenin yang namanya sahabat. Setelah kumpul bareng di bawah naungan pohon raksasa bin gede bingitzz yang namanya pohon beringin. Gue mengusulkan untuk main permainan tantangan yang diikuti ke empat sahabat. Permainannya, kami harus groovy atau foto sama orang-orang yang ikut karnaval. Yang kalah, harus bayar uang. Gue sebagai orang yang ngusulin permainan harus serta wajib gak boleh kalah.#JanganMaluMaluin

Jadi, gue harus putusin urat malu gue biar bisa berani dan sok kenal sama orang. Tapi, gak tau deh urat malu di bagian mana???itu masih jadi tanda tanya paling gede dalam hidup gue setelah kenapa kucing gak punya tanduk???

By the way, gue kan menang di permainan groovy bareng peserta karnaval. Nur gitu loh. Itu senengnya bukan main padahal Cuma dapat uang lima ratus perak di kali empat jadinya dua ribu gak perak. Itu hasil dari kepedean gue yang meluap-luap. Dan yang gue berikan ke orang-orang yang groovy bareng gue adalah semburan bau pop ice durian, itu mungkin tak terlupakan saking baunya mulut gue.
   
Sekian dari double A

Maaf terlambat postingnya.
taukan gue sibuk jadi CEO di perusahaan Khayalan Semata dan direktur Gila Cari Kerja.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanah Rantau

Bulan April datang Siapa paham itu hari malang Api menjalar waktu siang Semua lenyap tinggal ampas arang Perlahan-lahan makin jelas Tanah rantau memang keras Hidup di bangunan orang Bisa dirampas kala petang Gelap jadi makin pekat Tidak ada tawa di waktu padam Tidak ada cerita di waktu sunyi Hanya tangis, semua hilang Dinding kokoh jadi rapuh Di bawah kelabu makin jadi abu Runtuh ditinggal pergi jauh Tinggal puing ingatan semu Tempat dimana pernah ada kita anak-anak kecil yang bermain bersama Saya kembali Tapi hanya seorang diri
Yang Ku Sebut Rumah Yang ku sebut rumah, ternyata tidak disini Terlalu membutakan hingga lupa ini hanyalah tempat persinggahan Katanya seperti suatu siang yang terik dengan kehausan di tengah padang pasir Cukup seteguk air lalu pergi, tidak demikian Serakah itu sifat manusia, perihal tak terbantahkan Cukup bukan tanda kepuasan, itu menyiratkan kekurangan dengan artian lebih Sebuah tempat sementara pun dengan kemauan di jadikan selamanya Serakah. Serakah. Itu juga diriku hendak memeluk gunung dengan lengan pendek. Lupa dimana yang ku sebut rumah Disini atau disana. Jawabnnya jelas namun diakhiri tanda tanya Sebab rasa ini lebih rapuh untuk yang tak nampak dan tanya itu mengungkapkan sebuah keyakinan Buta. Tak ingin melihat. Sudah terlanjur salah untuk yakini kebenaran Rumah bukan disini. Ini hanya tempat yang ambigu. Ingin pulang namun takut meninggalkan kemewahan terlalu dini Takut pulang dengan penyiksaan menanti di batas penghujung hari Leb...

Anak- Anak Negeri, Dari Timur Kami Berbicara

Mereka butuh tuntunan bukan tuntutan Bukan pula pukulan hanya pengertian Sebab kita punya hati bukan untuk menyakiti Mereka adalah anak-anak saya, di sana saya dipanggil ibu guru. Walaupun di awal jumpa kami saya telah memperkenalkan diri sebagai seorang kakak. Mungkin kebiasan di sekolah telah menobatkan saya sebagai seorang ibu guru. Dan itu cukup membanggakan untuk saya pribadi. Seiring berjalanya waktu, rasa itu tumbuh. Rasa untuk disayangi dan menyayangi. Mereka anak yang baik namun tidak benar-benar baik menyuarakan suara hati. Saat mereka bermain dan lupa akan waktu, sebuah teriakan peringatan atau sesekali sebuah pensil melayang di kepala. Mungkin mereka akan belajar, meraka salah sebab terlalu beribut dan nakal. Tapi ingat mereka juga akan belajar saat orang nakal mereka akan berteriak atau memukul untuk memberi pelajaran. Yah kita pernah di posisi itu, hanya mengikuti apa yang diperintahkan dan meniru apa yang dilakukan orang dewasa. Mereka masih kecil un...