Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018
Yang Ku Sebut Rumah Yang ku sebut rumah, ternyata tidak disini Terlalu membutakan hingga lupa ini hanyalah tempat persinggahan Katanya seperti suatu siang yang terik dengan kehausan di tengah padang pasir Cukup seteguk air lalu pergi, tidak demikian Serakah itu sifat manusia, perihal tak terbantahkan Cukup bukan tanda kepuasan, itu menyiratkan kekurangan dengan artian lebih Sebuah tempat sementara pun dengan kemauan di jadikan selamanya Serakah. Serakah. Itu juga diriku hendak memeluk gunung dengan lengan pendek. Lupa dimana yang ku sebut rumah Disini atau disana. Jawabnnya jelas namun diakhiri tanda tanya Sebab rasa ini lebih rapuh untuk yang tak nampak dan tanya itu mengungkapkan sebuah keyakinan Buta. Tak ingin melihat. Sudah terlanjur salah untuk yakini kebenaran Rumah bukan disini. Ini hanya tempat yang ambigu. Ingin pulang namun takut meninggalkan kemewahan terlalu dini Takut pulang dengan penyiksaan menanti di batas penghujung hari Leb
aku merindukanmu ingin bertanya sudah sejauh mana langkahmu? apa langkah itu sedang berhenti, berjalan perlahan, atau kau sedang berlari mengejar ketertinggalan. yang lebih ingin tersampaikan padamu saat mata kita saling menatap, apa kau baik-baik saja? jawabanya diketahui alam semesta begitu diriku dan dirimu. kau sedang rapuh hancur luluh lantah oleh kedukaan. dan aku ingin jawaban itu sebagai isyarat untuk mendekat dan mendekap. tapi ironisnya aku tidak disampingmu. melihatmu tidak, mengetahuinya pun terlambat, saat kau mencoba tegar dengan kesendirian dan ketiadaan. maaf kata yang tepat untuk mengambarkan penyesalanku, saat langkah ini ternyata berpisah di penghujung akhir masa SMA. jalan yang tak sama jadi tanda kita berpisah dengan waktu depan dengan yakin kau tak akan ada di waktu itu denganku. tegar dengan waktu mungkin mengajarkanmu cara bertahan dari kesendirian. dan aku harap kau tidak mencoba untuk membenci kami ataupun dirimu sendiri. aku berharap kau tersenyum h